19 Maret 2005

Ukhuwah Yang Menyala di Dada

Pertama kali dapat tema kajian "ukhuwah" yang menggugah ialah waktu kelas 3 SMA. Waktu itu, pembicaranya begitu lancar menyampaikan kajian. Padahal baru sekali itu kami bertemu. Lain waktu akan saya utarakan apa yang disampaikan beliau.

Renungan-renungan Sejenak

Bila raihan melantun "berhibur tiada salahnya, karena hiburan itu indah", maka apatah lagi dengan merenung, karena merenung itu (bisa jadi) lebih bermakna. Renungan ini barangkali tidak begitu dalam, tapi saya selalu saja tidak tak tertarik untuk merenunginya. Tentang dua kata, dua jiwa, dua sikap, dua karakter: syukur dan sabar.
Itulah yang disabdakan oleh Rasulullah sebagai 'keajaiban' orang mukmin. Bila diberi nikmat, ia bersyukur, dan itu kebaikan baginya; serta bila didera musibah, ia bersabar dan itu juga kebaikan baginya.
Selalu saja dalam dua kondisi itu. Tantangannya ada pada pemeliharaan kontinuitas kesadaran diri yang utuh, agar sedetik pun tak dilalaikan dari mengingat-Nya. Mudah ditebak bahwa orang yang terjerat maksiat, ia tengah berada dalam keadaan tak-sadar-syukur dan juga tak-sadar-sabar. Sebab, saya dengar, salah satu definisi syukur itu ialah "menggunakan apa yang Allah SWT karuniakan kepada kita tidak untuk maksiat kepada-Nya".
Semoga 'keajaiban' itu bisa mampir (selamanya) ke dalam keseharian kehidupan kita, sedahsyat apapun cobaan, dan sekemilau apapun gelimang kenikmatan.

Dimulakan dengan bismillah...

Bismillahirrohmaanirrohiim
Dengan menyebut Asma Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Alhamdulillahi Robbil 'Aalamiin. Alhamdulillaahi Lladzii Arsala Rosuulahu Bil Huda Wa Diinil Haq, Liyudzhirohu 'Alaa Diini Kullihi wa lau Karihal Musyrikun.
Allahumma Shalli 'Alaa Muhammad Wa 'ala Aali Muhammad Wa Shahbihi Ajma'iin.

Dan blog pun dimulai.......................